Rabu, 11 Maret 2015

Evolusi Cinta



Evolusi Cinta

Suasana panas dan jam dinding berputar dengan malas atau mungkin, aku yang tak sabar menunggu. Hari ini hari yang padat dan penuh janji.
Ada tiga orang yang harus kutemui di perpustakaan kota. Memaksaku datang pukul sembilan pagi. Dan hari ini hari sabtu, perpustakaan pun jadi penuh pengunjung. Namun saat aku masuk tak kulihat temanku, Yuke. Dia pasti terlambat. Aku pun berjalan di antara rak-rak buku, mencari buku yang menarik. Beberapa buku ku ambil dari rak, semuanya hampir mengenai ramalan bintang, shio, fengshui, dan cara menebak kepribadian. Aku tak percaya dengan hal-hal itu namun kadang benak menggelitik penasaran. Tak ku dapatkan tempat nyaman untuk membaca karena ramai pengunjung. Ada dua bangku yang kosong aku duduk di salah satunya.
Ku baca secara acak buku-buku itu. Dan bosan melanda. Ku sms Yuke karena tak sabar, balasannya sangat membuatku kesal karena ia tak jadi datang. Padahal dia yang ngebet banget ngerjain tugas kelompok. Langsung kuhubungi Firman. Aku berjanji untuk mengajarinya web disain, ia meminta agar di ajari secara privat, gratis pula. Aku khawatir ia tak datang juga . Dan ternyata benar ia tak jadi datang dengan alasan sibuk karena ada acara khitanan keponakannya . Emosi hampir naik bersamaan dengan AC yang mati. Membuatku semakin gerah. Aku menarik nafas dan menenagkan diri.... mereka yang butuh dan aku yang dibuat kecewa menunggu.
Aku sedikit ragu untuk sms Andi. Dia juga ingin di ajari web disain. Tiba-tiba aku deg-degan bimbang. Sms ga ya.... Jika ia sibuk juga, sia-sialah kedatanganku. Kecewaku berlipat ganda. Sebenarnya janji dengannyalah yang membuatku semangat . Wajahnya memang tampan dan ramah. Untuk mencari kepastian kuputuskan untuk sms saja. Ku tunggu balasanya yang tak kunjung menyapa.
Aku mengutuk AC yang mati di saat seperti ini. Membuatku jadi gerah dan berkeringat sungguh tak nyaman dengan situasi galau begini. Ku amati orang-orang di sekitarku... banyak di antara mereka yang pergi, mungkin karena tak tahan dengan panas. Ku kuatkan diri dan ku lihat HP ada satu pesan diterima. Dan Andi baru bisa datang satu jam lagi. Sebenarnya yang butuh siapa tapi yang dibuat nunggu siapa. Kalau begini jadinya tak usalah ada janji segala. Tapi sudah terlanjur mau batalin ya ga enak juga. Bagiku menepati janji adalah segalanya. Apalagi janji dengan Andi.
Satu jam lebih berlalu Andi pun datang, di saat deodorant dan parfum yang kupakai tak mampu lagi membendung keringat di sekujur tubuh. Dan karena hal itu, aku menjaga jarak saat ia duduk di sampingku. Sial...
“Maaf lama menunggu, tadi masih banyak job,” ucapnya  dengan tenang sambil membuka laptop.
“Ngak apa kok, aku dah biasa nunggu hehee...” Sambil berusaha tersenyum semanis mungkin.
“Panas banget disini”
“ Iya AC nya mati.” Aku merasa percakapan kami berdua garing dan kaku tak seperti di sms yang selalu hangat dengan guyonan serta gombalan, sering aku dibuat GR dengan sms Andi yang begitu care. Namun, akhir-akhir ini ku tau, Andi hanya menebar harapan palsu. Walau begitu tetap saja pesona Andi tak bisa ku tolak saat ia mengajak belajar bareng.“Hufffft... gerah....”
Hening kemudian.......
Kami berdua menyalakan laptop yang sama-sama lemot...
Aku deg-degan... Ya ampun... kringatku makin menggila. Ku buka program Notepad++ dan mulai mnjelaskan dasar-dasar membuat web. Ia mengikuti apa yang kupraktekan. Ku curi-curi pandang untuk menatap wajahnya. Hidung mancung, mata sipit, bibirnya yang merah mendustai mata yang melihat, bahwa Andi seorang perokok. Rambutnya ikal mulai memanjang dikuncir di belakang sisanya acak-acakan namun cocok karena ia terlihat makin cool.
Aku berusaha mengajarinya dengan profesional, tanpa menunjukkan perasaan pribadi. Banyak hal yang ku jelaskan. Kadang Andi mengikutinya dengan kikuk. Bau kringat tercium, membuatku tak PD. Entah bau keringatku atau bau keringat Andi. Yang jelas suasana makin tak mendukung. Aku merasa tak nyaman. Andi pun terlihat sudah pusing.
“Ko kayaknya lemes banget, sudah pusing ya... ini baru dasar lo...”
“Nggak pusing, dari tadi aku belum makan.”
“Sampai segitunya, aku juga belum makan dari tadi pagi. Ya udah sampai disini aja belajarnya kapan-kapan di lanjut.”
“Emang dari tadi pagi kamu disini ngapain aja? Ga capek disini?”
“Capeklah, tadi aku nunggu Yuke buat belajar kelompok tapi gak jadi.”
“Kamu dan Yuke akrab banget, rumahnya dimana??.”
“Di jalan apa ya.. aku lupa habis namanya panjang bangeeeet.” Ucapku sambil mengingat-ingat karena emang aku benar-benar lupa. “Emang kenapa, hayooo mau apel ya malam minggu ??” tanyaku pura-pura menggoda.
“Ya pengen tau aja heheheee”
“Kamu suka dengan Yuke, ko sepertinya ada sesuatu antara kamu dan dia.” Pancingku berusaha ingin tau, karena di kampus Yuke dan Andi terlihat gimana gitu... “Kalau kamu mau deketin dia, sabar aja.. walau dia dah punya pacar. Tapi jodoh ga kemana koq.” Lanjutku dengan berusaha tetap tenang. 
“Ohh jadi Yuke sudah punya pacar... wahhh pupus sudah “. Ucapnya dengan raut muka yang tak bisa kuartikan. Jujur aku cemburu Andi membicarakan Yuke. Tapi bukannya Andi sudah punya pacar. Apa mungkin Andi seorang playboy. Atau dia hanya becanda.
“Kita pulang yuk, aku lapar bangettt..!”
“Sama, ayok pulang.” Andi tetap saja terlihat cool walau lapar.
“Aku duluan ya... dah sore.” Aku pulang dengan hati campur aduk, hari yang menyebalkan. Pertemuan yang indah berubah kecewa. Aku keluar dari perpustakaan dengan terburu-buru karena sudah tak tahan dengan panas. Kemudian aku berkaca di kaca spion, sepedahku. Dan buruk sekali penampilanku, karena jilbabku berantakan!.. jadi dari tadi aku ngobrol dengan penampilan yang kacau. Hati jadi semakin kesal!.
Saat pulang lewat alun-alun, aku kaget! Melihat Firman. Dia duduk sendiri di dekat sepedah yang ia parkir di bawah pohon. Ku menghampirinya dan menunda kepulanganku walau perut keroncongan.
“Owh gitu Ya! Katanya sibuk, Ponakannya khitanan. Malah nongkrong di alun-alun! Ucapku sinis sambil turun dari sepedah.
Firman kaget melihatku, dan kemudian memalingkan pandangan sambil terus menghisap rokoknya. Aku duduk disampingnya dan menatapnya penuh marah.
“Kau yang buat janji tapi kau pula yang mengingkari...  nyesel aku nunggu kamu.“
“Nggak apa, aku ga mood aja.” Ucapnya santai tanpa memandangku.
“Kalau ga mood kenapa bikin janji!! Kesel aku.” Aku menutup hidung karena ga kuat dengan asap rokok. Melihat itu Firman mematikan rokoknya dan membuangnya.
“Aku hanya ga suka ada Andi.” Jawabnya datar.
“Kenapa??”  Aku bingung dengan jawaban Firman.
“Aku kan minta belajar privat, Cuma kita berdua!!”
“Ya kan jamnya beda, kamu jam sebelas sampai jam dua, Andi jam dua sampai jam empat, jadi tetap privat kan!”
“Aku maunya hari ini cuma ada aku dan kamu!! Sadar gak sih..... aku suka kamu! Mengapa harus ada Andi!” dengan nada putus asa Firman berbicara, “Aku sadar diri, kamu ga akan nrima cintaku... Andi lebih segalanya dariku. Iya kan!”
“Bicara apa kamu! Ngaco.. bagiku semua manusia itu sama, yang bedain usahanya. Kalau kamu suka aku ya mana usahamu untuk meyakinkanku! Apa dengan ingkar janji!, atau menjadikanku selingkuhan! Emangnya aku gak tau kamu sudah punya pacar !!”  Ku tatap mata Firman dengan tajam.
Firman terkejut, “Dari mana kamu tau ?”
Aku hanya diam, emangnya aku cewek gaptek apa, yang ga bisa cari informasi di internet, batinku. 
“Ya kuakui aku sudah punya pacar, tapi ia di luar kota gak disini, jadi sama aja aku free. Aku kesepian dan kamu ada buatku.”
“Jadilah cowok yang baik, jangan selingkuh. Aku percaya hukum karma, dan aku tak mau menjadi perebut pacar orang,” ucapku dengan berusaha mengendalikan emosi. “Kalaupun kita jodoh, ga akan kemana.”
“Kamu beneran ga punya perasaan sama aku??” tanya Firman dengan tatapan lembut, “Aku jarang sms an dengan pacarku, disana mungkin ia sudah punya pacar lain.”  
“Perasaan apa? Buat apa punya perasaan sama pacar orang. Terus kamu mau balas dendam gitu, karena pacar kamu selingkuh!! Buat apa pacaran kalau saling selingkuh?”
“Ya buat status aja, biar gak jomblo.”
“Aku gak ngerti jalan fikiranmu, Sinting. Dan masalah Andi, kenapa coba kamu cemburu dengannya. Aku dan Andi gak ada apa-apa. Bukannya kalian teman akrab ??”
“Andi sering cerita tentang kamu,” ucap Firman datar, “Aku rasa dia juga suka sama kamu.”
“Sering cerita, ya bukan berarti suka...” Jujur aku penasaran Andi bicarain hal apa tentangku pada Firman, tapi aku membuang rasa ingin tauku .
“Aku hanya pengganggu ya diantara kalian berdua...”
“Kalian berdua itu sama aja, setali tiga uang.” Jawabku kesal.
“Maksudnya???”
“Ya kalian sama-sama sudah punya pacar di luar kota. Tapi tetep saja nyoba maen serong. Padahal ngakunya setia, cuihh... apa an!”
“Namanya juga pencarian, ya kalau setia dapat di bagi kenapa tidak, sekarang kan ngetren pacaran lebih dari satu.”
“Ya terserahlah jika aliran cinta yang kau anut seperti itu, aku punya pandangan sendiri. Yang jelas aku tak bisa menerimamu. Setialah pada pasanganmu, kelak kau akan dapat yang terbaik.” Kemudian aku berdiri dan memasang helm yang aku taruh di sepedah.
“Mau kemana ?”
“Pulang, aku lapar.” Jawabku sambil menyalakan sepedah motor.
“Hati-hati ,“Firman merogoh sakunya mengeluarkan rokok dan korek api.
“Jangan ngrokok terus, jaga kesehatan.”
Firman hanya tersenyum dan aku melaju dengan sepedahku. Pulang.
Sepanjang perjalanan pulang, kegalauan membuntuti. Benak bertanya, apa benar Andi menyukaiku. Tapi Andi dan Firman sama bagiku. Sama-sama tak bisa di mengerti. Makna setia sudah berubah dan berevolusi di jaman sekarang... yah itu bagi mereka.

by: Pluto Tersesat
luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com