Evolusi Cinta
Suasana panas dan jam
dinding berputar dengan malas atau mungkin, aku yang tak sabar menunggu. Hari
ini hari yang padat dan penuh janji.
Ada tiga orang yang
harus kutemui di perpustakaan kota. Memaksaku datang pukul sembilan pagi. Dan
hari ini hari sabtu, perpustakaan pun jadi penuh pengunjung. Namun saat aku
masuk tak kulihat temanku, Yuke. Dia pasti terlambat. Aku pun berjalan di
antara rak-rak buku, mencari buku yang menarik. Beberapa buku ku ambil dari
rak, semuanya hampir mengenai ramalan bintang, shio, fengshui, dan cara menebak
kepribadian. Aku tak percaya dengan hal-hal itu namun kadang benak menggelitik
penasaran. Tak ku dapatkan tempat nyaman untuk membaca karena ramai pengunjung.
Ada dua bangku yang kosong aku duduk di salah satunya.
Ku baca secara acak
buku-buku itu. Dan bosan melanda. Ku sms Yuke karena tak sabar, balasannya
sangat membuatku kesal karena ia tak jadi datang. Padahal dia yang ngebet
banget ngerjain tugas kelompok. Langsung kuhubungi Firman. Aku berjanji untuk
mengajarinya web disain, ia meminta agar di ajari secara privat, gratis pula.
Aku khawatir ia tak datang juga . Dan ternyata benar ia tak jadi datang dengan
alasan sibuk karena ada acara khitanan keponakannya . Emosi hampir naik
bersamaan dengan AC yang mati. Membuatku semakin gerah. Aku menarik nafas dan
menenagkan diri.... mereka yang butuh dan aku yang dibuat kecewa menunggu.
Aku sedikit ragu untuk
sms Andi. Dia juga ingin di ajari web disain. Tiba-tiba aku deg-degan bimbang.
Sms ga ya.... Jika ia sibuk juga, sia-sialah kedatanganku. Kecewaku berlipat
ganda. Sebenarnya janji dengannyalah yang membuatku semangat . Wajahnya memang
tampan dan ramah. Untuk mencari kepastian kuputuskan untuk sms saja. Ku tunggu
balasanya yang tak kunjung menyapa.
Aku mengutuk AC yang
mati di saat seperti ini. Membuatku jadi gerah dan berkeringat sungguh tak
nyaman dengan situasi galau begini. Ku amati orang-orang di sekitarku... banyak
di antara mereka yang pergi, mungkin karena tak tahan dengan panas. Ku kuatkan
diri dan ku lihat HP ada satu pesan diterima. Dan Andi baru bisa datang satu
jam lagi. Sebenarnya yang butuh siapa tapi yang dibuat nunggu siapa. Kalau
begini jadinya tak usalah ada janji segala. Tapi sudah terlanjur mau batalin ya
ga enak juga. Bagiku menepati janji adalah segalanya. Apalagi janji dengan
Andi.
Satu jam lebih berlalu Andi
pun datang, di saat deodorant dan parfum yang kupakai tak mampu lagi membendung
keringat di sekujur tubuh. Dan karena hal itu, aku menjaga jarak saat ia duduk
di sampingku. Sial...
“Maaf lama menunggu,
tadi masih banyak job,” ucapnya dengan
tenang sambil membuka laptop.
“Ngak apa kok, aku dah
biasa nunggu hehee...” Sambil berusaha tersenyum semanis mungkin.
“Panas banget disini”
“ Iya AC nya mati.” Aku
merasa percakapan kami berdua garing dan kaku tak seperti di sms yang selalu
hangat dengan guyonan serta gombalan, sering aku dibuat GR dengan sms Andi yang
begitu care. Namun, akhir-akhir ini ku tau, Andi hanya menebar harapan palsu. Walau
begitu tetap saja pesona Andi tak bisa ku tolak saat ia mengajak belajar
bareng.“Hufffft... gerah....”
Hening kemudian.......
Kami berdua menyalakan
laptop yang sama-sama lemot...
Aku deg-degan... Ya
ampun... kringatku makin menggila. Ku buka program Notepad++ dan mulai
mnjelaskan dasar-dasar membuat web. Ia mengikuti apa yang kupraktekan. Ku
curi-curi pandang untuk menatap wajahnya. Hidung mancung, mata sipit, bibirnya
yang merah mendustai mata yang melihat, bahwa Andi seorang perokok. Rambutnya
ikal mulai memanjang dikuncir di belakang sisanya acak-acakan namun cocok
karena ia terlihat makin cool.
Aku berusaha
mengajarinya dengan profesional, tanpa menunjukkan perasaan pribadi. Banyak hal
yang ku jelaskan. Kadang Andi mengikutinya dengan kikuk. Bau kringat tercium,
membuatku tak PD. Entah bau keringatku atau bau keringat Andi. Yang jelas
suasana makin tak mendukung. Aku merasa tak nyaman. Andi pun terlihat sudah
pusing.
“Ko kayaknya lemes
banget, sudah pusing ya... ini baru dasar lo...”
“Nggak pusing, dari
tadi aku belum makan.”
“Sampai segitunya, aku
juga belum makan dari tadi pagi. Ya udah sampai disini aja belajarnya
kapan-kapan di lanjut.”
“Emang dari tadi pagi
kamu disini ngapain aja? Ga capek disini?”
“Capeklah, tadi aku
nunggu Yuke buat belajar kelompok tapi gak jadi.”
“Kamu dan Yuke akrab banget,
rumahnya dimana??.”
“Di jalan apa ya.. aku
lupa habis namanya panjang bangeeeet.” Ucapku sambil mengingat-ingat karena
emang aku benar-benar lupa. “Emang kenapa, hayooo mau apel ya malam minggu ??”
tanyaku pura-pura menggoda.
“Ya pengen tau aja
heheheee”
“Kamu suka dengan Yuke,
ko sepertinya ada sesuatu antara kamu dan dia.” Pancingku berusaha ingin tau,
karena di kampus Yuke dan Andi terlihat gimana gitu... “Kalau kamu mau deketin
dia, sabar aja.. walau dia dah punya pacar. Tapi jodoh ga kemana koq.” Lanjutku
dengan berusaha tetap tenang.
“Ohh jadi Yuke sudah
punya pacar... wahhh pupus sudah “. Ucapnya dengan raut muka yang tak bisa
kuartikan. Jujur aku cemburu Andi membicarakan Yuke. Tapi bukannya Andi sudah
punya pacar. Apa mungkin Andi seorang playboy. Atau dia hanya becanda.
“Kita pulang yuk, aku
lapar bangettt..!”
“Sama, ayok pulang.”
Andi tetap saja terlihat cool walau lapar.
“Aku duluan ya... dah
sore.” Aku pulang dengan hati campur aduk, hari yang menyebalkan. Pertemuan
yang indah berubah kecewa. Aku keluar dari perpustakaan dengan terburu-buru
karena sudah tak tahan dengan panas. Kemudian aku berkaca di kaca spion,
sepedahku. Dan buruk sekali penampilanku, karena jilbabku berantakan!.. jadi
dari tadi aku ngobrol dengan penampilan yang kacau. Hati jadi semakin kesal!.
Saat pulang lewat
alun-alun, aku kaget! Melihat Firman. Dia duduk sendiri di dekat sepedah yang
ia parkir di bawah pohon. Ku menghampirinya dan menunda kepulanganku walau
perut keroncongan.
“Owh gitu Ya! Katanya
sibuk, Ponakannya khitanan. Malah nongkrong di alun-alun! Ucapku sinis sambil
turun dari sepedah.
Firman kaget melihatku,
dan kemudian memalingkan pandangan sambil terus menghisap rokoknya. Aku duduk
disampingnya dan menatapnya penuh marah.
“Kau yang buat janji
tapi kau pula yang mengingkari... nyesel
aku nunggu kamu.“
“Nggak apa, aku ga mood
aja.” Ucapnya santai tanpa memandangku.
“Kalau ga mood kenapa
bikin janji!! Kesel aku.” Aku menutup hidung karena ga kuat dengan asap rokok.
Melihat itu Firman mematikan rokoknya dan membuangnya.
“Aku hanya ga suka ada
Andi.” Jawabnya datar.
“Kenapa??” Aku bingung dengan jawaban Firman.
“Aku kan minta belajar
privat, Cuma kita berdua!!”
“Ya kan jamnya beda,
kamu jam sebelas sampai jam dua, Andi jam dua sampai jam empat, jadi tetap
privat kan!”
“Aku maunya hari ini cuma
ada aku dan kamu!! Sadar gak sih..... aku suka kamu! Mengapa harus ada Andi!”
dengan nada putus asa Firman berbicara, “Aku sadar diri, kamu ga akan nrima
cintaku... Andi lebih segalanya dariku. Iya kan!”
“Bicara apa kamu!
Ngaco.. bagiku semua manusia itu sama, yang bedain usahanya. Kalau kamu suka
aku ya mana usahamu untuk meyakinkanku! Apa dengan ingkar janji!, atau
menjadikanku selingkuhan! Emangnya aku gak tau kamu sudah punya pacar !!” Ku tatap mata Firman dengan tajam.
Firman terkejut, “Dari
mana kamu tau ?”
Aku hanya diam,
emangnya aku cewek gaptek apa, yang ga bisa cari informasi di internet,
batinku.
“Ya kuakui aku sudah
punya pacar, tapi ia di luar kota gak disini, jadi sama aja aku free. Aku
kesepian dan kamu ada buatku.”
“Jadilah cowok yang
baik, jangan selingkuh. Aku percaya hukum karma, dan aku tak mau menjadi perebut
pacar orang,” ucapku dengan berusaha mengendalikan emosi. “Kalaupun kita jodoh,
ga akan kemana.”
“Kamu beneran ga punya
perasaan sama aku??” tanya Firman dengan tatapan lembut, “Aku jarang sms an
dengan pacarku, disana mungkin ia sudah punya pacar lain.”
“Perasaan apa? Buat apa
punya perasaan sama pacar orang. Terus kamu mau balas dendam gitu, karena pacar
kamu selingkuh!! Buat apa pacaran kalau saling selingkuh?”
“Ya buat status aja,
biar gak jomblo.”
“Aku gak ngerti jalan
fikiranmu, Sinting. Dan masalah Andi, kenapa coba kamu cemburu dengannya. Aku
dan Andi gak ada apa-apa. Bukannya kalian teman akrab ??”
“Andi sering cerita
tentang kamu,” ucap Firman datar, “Aku rasa dia juga suka sama kamu.”
“Sering cerita, ya
bukan berarti suka...” Jujur aku penasaran Andi bicarain hal apa tentangku pada
Firman, tapi aku membuang rasa ingin tauku .
“Aku hanya pengganggu
ya diantara kalian berdua...”
“Kalian berdua itu sama
aja, setali tiga uang.” Jawabku kesal.
“Maksudnya???”
“Ya kalian sama-sama
sudah punya pacar di luar kota. Tapi tetep saja nyoba maen serong. Padahal
ngakunya setia, cuihh... apa an!”
“Namanya juga
pencarian, ya kalau setia dapat di bagi kenapa tidak, sekarang kan ngetren
pacaran lebih dari satu.”
“Ya terserahlah jika
aliran cinta yang kau anut seperti itu, aku punya pandangan sendiri. Yang jelas
aku tak bisa menerimamu. Setialah pada pasanganmu, kelak kau akan dapat yang
terbaik.” Kemudian aku berdiri dan memasang helm yang aku taruh di sepedah.
“Mau kemana ?”
“Pulang, aku lapar.”
Jawabku sambil menyalakan sepedah motor.
“Hati-hati ,“Firman
merogoh sakunya mengeluarkan rokok dan korek api.
“Jangan ngrokok terus,
jaga kesehatan.”
Firman hanya tersenyum
dan aku melaju dengan sepedahku. Pulang.
Sepanjang perjalanan
pulang, kegalauan membuntuti. Benak bertanya, apa benar Andi menyukaiku. Tapi
Andi dan Firman sama bagiku. Sama-sama tak bisa di mengerti. Makna setia sudah
berubah dan berevolusi di jaman sekarang... yah itu bagi mereka.
by: Pluto Tersesat
0 komentar:
Posting Komentar